Senin, 08 Februari 2016

Sesederhana Hujan

Sudah satu jam lebih aku berdiri di tempat itu,
namun sepertinya hujan yang begitu deras
belum menampakkan keinginannya
untuk sejenak mereda.
Ya, sesederhana hujan, begitulah rasa yang selalu tumbuh dalam jiwa.
ia tak pernah tau kapan rasa itu akan datang dan kapan rasa itu kan menghilang.
Bahkan jika ada yang menyuruhku untuk sejenak menghilangkannya,
rasanya aku tak tau bagaimana caranya aku harus memulai.
Seperti sejak pertama kali kita berjalan dan ditemani oleh rintik hujan gerimis,
di 24 Oktober 2010, ah aku tak tau bagaimana rasaku saat itu,
karena yang ku ingat adalah hujan,
dan yang ku ingat saat itu kamu mengenakan jaket hitam
dan aku mengenakan cardigan coklat kesayanganku.
Hujan tengah menemani langkah pertama kita.
Kamu mengusap kepalaku lalu tersenyum.
Kita berdua harus segera melanjutkan perjalanan.
Ya, aku bahagia, sesederhana hujan turun
yang selalu menemani perjalanan kita sampai saat ini.
-------
Aku belum bisa pulang..
Sederas apapun hujan turun, selama apapun hujan turun,
jika bersamamu aku tak pernah merasa bosan,
aku tak pernah merasa tak nyaman saat bepergian.
Aku bahagia menikmati rintikan-rintikannya dalam perjalanan.
Sesederhana hujan turun, sesederhana itulah aku menyayangimu.
Sederas hujan kemarin, hari ini, dan esok hari,
sederas itu pulalah aku selalu bersyukur
karena telah diberi kesempatan bersisian denganmu.
-------
Aku belum bisa pulang..
Entah mengapa setiap kali hujan turun aku selalu mengingatmu,
mengingat perjalanan kita lebih tepatnya.
Aku selalu ingat jalan-jalan mana saja yang pernah kita lalui dan selalu kita lalui,
Aku selalu ingat tempat-tempat mana saja yang kita singgahi saat hujan datang,
Aku selalu ingat cerita-cerita apa saja yang kita bicarakan
sambil menunggu hujan mereda,
Aku selalu ingat canda-tawa kita yang menghangatkan
di tengah seramnya suara petir dan derasnya hujan.
Semuanya masih sangat terekam jelas dalam ingatan.

Tak ayal karena hujan kita juga sering basah kuyup
karena memaksakan untuk segera pulang
karena takut terkena jam malam bapak kosan
atau terkena jam malam mamahku di rumah.
Seringkali pakaian kita pun basah
hingga setibanya kamu langsung masuk angin dan mendadak meriang.
Aku rindu menyiapkanmu secangkir teh manis hangat
dan memberimu obat masuk angin lalu menyuruhmu segera mengganti pakaian.
Aku rindu melewati hujan dan saat setelah hujan bersamamu.
-------
Aku belum bisa pulang..
Bagaimana aku bisa pergi?
jika saat hujan saja
jejak-jejak langkah kita masih sangat terlihat jelas dalam retina mata.
Karena dalam 1825 hari, adalah bukan waktu yang sebentar.
-----
Dalam dinginnya malam karena hujan, Selalu aku melantunkan doa.
Di setiap ketetapan Nya untuk kita, Ketika Dia tetapkan kesalahanmu padaku,
ku berharap Dia juga tetapkan maafku padamu.
Ketika Dia telah tetapkan tangis untukku, ku berharap bahumu ditetapkanNya untukku.
Ketika Dia takdirkan jatuh pada hidupmu, ku berharap Dia tetapkan uluran tanganku
juga dekap hangatku ada untukmu (semoga masih bisa).

Dimanapun kamu berada,
semoga derasnya hujan yang sering kali turun tidak membuatmu jatuh sakit ya?

Sebab dalam derasnya hujan,
dalam salah, tangis, sakit, dan jatuhmu,
aku tetap menyayangimu.

Tertanda,
Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar