Sudah
satu jam lebih aku berdiri di tempat itu,
namun
sepertinya hujan yang begitu deras
belum
menampakkan keinginannya
untuk
sejenak mereda.
Ya,
sesederhana hujan, begitulah rasa yang selalu tumbuh dalam jiwa.
ia
tak pernah tau kapan rasa itu akan datang dan kapan rasa itu kan menghilang.
Bahkan
jika ada yang menyuruhku untuk sejenak menghilangkannya,
rasanya
aku tak tau bagaimana caranya aku harus memulai.
Seperti
sejak pertama kali kita berjalan dan ditemani oleh rintik hujan gerimis,
di
24 Oktober 2010, ah aku tak tau bagaimana rasaku saat itu,
karena
yang ku ingat adalah hujan,
dan
yang ku ingat saat itu kamu mengenakan jaket hitam
dan
aku mengenakan cardigan coklat kesayanganku.
Hujan
tengah menemani langkah pertama kita.
Kamu
mengusap kepalaku lalu tersenyum.
Kita
berdua harus segera melanjutkan perjalanan.
Ya,
aku bahagia, sesederhana hujan turun
yang
selalu menemani perjalanan kita sampai saat ini.
-------
Aku
belum bisa pulang..
Sederas
apapun hujan turun, selama apapun hujan turun,
jika
bersamamu aku tak pernah merasa bosan,
aku
tak pernah merasa tak nyaman saat bepergian.
Aku
bahagia menikmati rintikan-rintikannya dalam perjalanan.
Sesederhana
hujan turun, sesederhana itulah aku menyayangimu.
Sederas
hujan kemarin, hari ini, dan esok hari,
sederas
itu pulalah aku selalu bersyukur
karena
telah diberi kesempatan bersisian denganmu.
-------
Aku
belum bisa pulang..
Entah
mengapa setiap kali hujan turun aku selalu mengingatmu,
mengingat
perjalanan kita lebih tepatnya.
Aku
selalu ingat jalan-jalan mana saja yang pernah kita lalui dan selalu kita
lalui,
Aku
selalu ingat tempat-tempat mana saja yang kita singgahi saat hujan datang,
Aku
selalu ingat cerita-cerita apa saja yang kita bicarakan
sambil
menunggu hujan mereda,
Aku
selalu ingat canda-tawa kita yang menghangatkan
di
tengah seramnya suara petir dan derasnya hujan.
Semuanya
masih sangat terekam jelas dalam ingatan.
Tak
ayal karena hujan kita juga sering basah kuyup
karena
memaksakan untuk segera pulang
karena
takut terkena jam malam bapak kosan
atau
terkena jam malam mamahku di rumah.
Seringkali
pakaian kita pun basah
hingga
setibanya kamu langsung masuk angin dan mendadak meriang.
Aku
rindu menyiapkanmu secangkir teh manis hangat
dan
memberimu obat masuk angin lalu menyuruhmu segera mengganti pakaian.
Aku
rindu melewati hujan dan saat setelah hujan bersamamu.
-------
Aku
belum bisa pulang..
Bagaimana
aku bisa pergi?
jika
saat hujan saja
jejak-jejak
langkah kita masih sangat terlihat jelas dalam retina mata.
Karena
dalam 1825 hari, adalah bukan waktu yang sebentar.
-----
Dalam
dinginnya malam karena hujan, Selalu aku melantunkan doa.
Di
setiap ketetapan Nya untuk kita, Ketika Dia tetapkan kesalahanmu padaku,
ku
berharap Dia juga tetapkan maafku padamu.
Ketika
Dia telah tetapkan tangis untukku, ku berharap bahumu ditetapkanNya untukku.
Ketika
Dia takdirkan jatuh pada hidupmu, ku berharap Dia tetapkan uluran tanganku
juga
dekap hangatku ada untukmu (semoga masih bisa).
Dimanapun
kamu berada,
semoga
derasnya hujan yang sering kali turun tidak membuatmu jatuh sakit ya?
Sebab
dalam derasnya hujan,
dalam
salah, tangis, sakit, dan jatuhmu,
aku
tetap menyayangimu.
Tertanda,
Aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar