Senin, 29 Februari 2016

Maafkan Ibu, nak.

Maafkan Ibu, nak,
jika selama 6 bulan ini Ibu tidak lagi menjadi sosok guru yang sering kali kalian teriaki karena antusias nya kalian belajar bersama ibu.
Maafkan ibu seringkali tak fokus dalam pembelajaran di kelas.
Maafkan Ibu seringkali malas-malasan dan tak sepenuh hati konsen mengajari kalian.

Terlebih selama dua bulan ini,
maafkan ibu, nak.
Maafkan Ibu yang sering membolos karena kondisi hati ibu yang sangat kacau.
Maafkan Ibu yang tidak bisa mengenyampingkan perasaan ini, nak.
Ibu sering kali berbohong di setiap ibu tidak ke sekolah atau ibu tidak masuk kelas,
Ibu seringkali berkata bahwa ibu sedang banyak urusan, atau sakit demam dan kecapean.
Padahal sebenarnya tidak demikian, nak.
Maafkan Ibu.

Urusan dan sakit nya ibu lebih dari itu, nak.
Maafkan Ibu selalu membohongi kalian saat ibu berhalangan untuk datang ke sekolah.
Ibu tidak mungkin menceritakan keadaannya ibu kemarin,
belum cukup sekali usia kalian untuk mengerti akan kondisi yang sedang ibu alami,
Tidak baik jika ibu berkata jujur pada kalian yang masih sangat lugu dan polos, kalian belum cukup mengerti akan rumit nya cinta orang dewasa.

Terimakasih nak,
berkat kalian juga lah semangat ibu untuk beraktivitas muncul kembali.
Ibu rindu belajar bersama kalian dengan hati yang lepas, ringan dan tanpa beban.
Ibu rindu mengajari kalian dengan segenap kemampuan dan semangat yang ibu punya.
Ibu rindu akan diri ibu sendiri, nak.

Dan hari ini,
Mulai besok,
1 Maret 2016,
Ibu akan buktikan bahwa ibu bisa menjalani hari-hari seperti biasa lagi.
Tanpa tangis deras yang selalu mengguyur, tanpa goresan hati yang masih terluka memar, dan tanpa pikiran yang tak karuan lagi.
Karena sudah cukup hari-hari yang amat sangat memilukan kemarin untuk ibu, nak.

Ibu janji, nak.
Hari-hari ibu kan jadi milik kalian lagi :)

Kamis, 25 Februari 2016

Tidak, tidak.

Tidak, tidak
Aku tak pernah membiarkan mu sendiri, tapi kamu yang sudah menutup rapat dirimu dariku.
Tidak tidak,
Aku tak pernah bermaksud untuk tidak memperhatikan mu,
tapi kamu sendiri yang sudah menolakku dan memilih menjauh dariku lalu membiarkan oranglain mengurusi mu.
Tidak tidak,
Aku tak pernah meninggalkan mu,
tak pernah terlintas untuk meninggalkan mu,
Tapi kamu sendiri yang meninggalkan ku,
pun saat kemarin aku masih bersedia berjuang untuk mu, untuk kita, tapi kamu sendiri yang memilih  untuk pergi dan tak mau lagi diperdulikan oleh ku.

Tidak tidak,
Aku sama sekali tidak menginginkan begini,
Tapi kamu sendiri yang memilih dan berjalan seperti ini.

Tidak tidak,
kenapa aku masih saja mencintaimu?
padahal kamu sudah sangat terlalu menyakitiku.

Senin, 22 Februari 2016

Kabar pernikahan sahabat karibmu

Aku tak tau apa yang harus aku tulis disini.
Tetapi yang pasti,
saat aku melihat kabar akan pernikahan sahabat karib mu yang juga merupakan temanku,
Hatiku lirih...perih,
mengingatmu.

Sudah hampir satu minggu ini aku sudah tak pernah lagi menangisimu,
menangisi kehancuranku.
Tapi saat ini,
airmataku lagi-lagi terurai deras tak tertahankan lagi,
tiba-tiba seperti sekerumunan orang dengan keroyokan langsung datang menghampiriku dalam ingatanku.  
ya, mereka kita,
ingatan tentang kita,
tentang perjalanan kita.

Sobat karibmu adalah saksi perjalanan di langkah awal kita.
Aku tak kuasa mengingatnya,
tp aku tak kuasa juga untuk membatasi ingatannya.
Semuanya seketika datang bermunculan,
tanpa bisa aku beri jeda,
tanpa bisa aku stop.
Semua masih tersimpan rapih,
sangat rapih,
serapih angan dan cita kita dulu.

Aku rindu,
sungguh merindukanmu,
merindukan kisah kita yang sudah kita rajut sejak dulu,
merindukan kisah kita yang sangat rapih bersama alunan-alunan melodi pengantar rindu yang begitu syahdu namun bertuju.
Rindu yang selalu bisa kita tumpahkan kapanpun kita mau,
dan cinta yang selalu hadir kala kita dekat bahkan jauh.

Tidak seperti saat ini,
Kita,
Aku,
seperti sudah tak tau arah lagi.

duhai hati bersabarlah lebih ekstra lagi..
:"&$(@?+!@$(!/:'

Jumat, 19 Februari 2016

Membungkus Rindu

Kamu apa kabar?
Sudah hampir satu bulan kita..
eh maaf aku dan kamu tidak bertegur sapa.
ah tidak, aku selalu menyapamu tapi kamu yang tidak pernah merespon sapaanku.

Apa kamu tau?
Bagaimana sesaknya menahan rindu?
Rasanya seperti terjepit bebatuan besar namun tak ada satupun yang bisa mengeluarkan ku dari himpitan nya itu.
sempit, semuanya terasa sempit.
Kenyataan dengan kerinduan seakan saling berkejar-kejaran.
Meminta ruang untuk sedikit ditumpahkan atau mungkin dibuang tanpa perdulian.

Apa kamu tau?
Rasa ini masih utuh padamu.

Tak peduli orang kan berkata apa tentang ku,
Tak peduli seberapa pilunya jiwaku mengingat semua tentang mu.
Tak peduli semenyakitkan apapun dirimu terhadap ku.
Tak peduli setakpedulinya kamu kepadaku kini.
Tak peduli meski terkadang akupun merasa seperti orang bodoh yang masih saja mengharapkan mu kembali.
Kembali menyembuhkan luka yang menyayat hati dan menusuk nurani.
Kembali pada dirimu yang ku kenal sejak dulu.
Kembali pada ejaan mimpi-mimpi dan rencana indahmu yang kau seringkali sampaikan padaku.

Kamu,
Apakah kamu tidak pernah sedikitpun merindukanku?

Aku,
yang katamu satu-satunya wanita yang akan selalu kamu perjuangkan.
Mengapa kini kamu memperjuangkan yang lain?
Setakberharganya kah aku dalam hidupmu selama ini?

Rindu,
Mohon sampaikan padanya,
bahwa aku masih menyayanginya.

Senin, 15 Februari 2016

Tidak, bukan begitu.

Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud untuk bersenang senang di atas penderitaanmu.
Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud untuk mengumbar kebahagiaan yang aku rasakan saat aku sudah tidak bersamamu.
Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud untuk tertawa diatas kesedihanmu.
Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud bermanis-manis ria diatas segala kepahitan yang menimpamu.
Tidak tidak,
Tidak begitu maksudku.

Aku hanya ingin sedikit memberi ruang pada hatiku untuk sejenak berbahagia.
Aku terlampau lelah berjalan dan menyimpan ini sendirian,
tanpa kamu yang sudah tak lagi memerdulikanku.
Aku hanya ingin sedikit melepaskan segala rasa yang menyesakkan jiwa,
memberi kesempatan lagi pada diriku untuk merasakan kembali indahnya dunia.

Kau tidak berkeberatan kan?
Aku masih berhak bahagia kan jika sudah tidak bersamamu?
meski sebenarnya bahagiaku yang utuh adalah saat aku bisa melewati hari-hariku bersamamu.
semuanya bersamamu.
hidupku bersamamu.

Karena bahagiaku adalah bersamamu.

Sabtu, 13 Februari 2016

(masih) Bertahan meski terus terinjak-injak

Apa gunanya aku ada?
jika kau masih seenaknya bermanis-manis di depanku.
Apa gunanya jika kau masih berada di depanku meski hanya dalam sebuah dunia maya?

Kau,
memang sudah berubah menjadi manusia yang tak punya hati.
Menginjak-nginjak harga diri dan  segenap perasaan yang sedang ku susun agar bisa rapih kembali.
Kau,
selalu mengacaukan ritme perasaan dan juga pikiranku,
menjadikan semua yang ada pada diriku menjadi kacau berantakan (lagi).

Tapi aku,
Kenapa denganku?

Aku,
selalu tak pernah kuasa untuk membalas semua racun yang sudah kau tumpahkan padaku,
selalu tak pernah bisa melakukan apa yang sebenarnya ingin ku lakukan,
selalu tak bisa melakukan sesuatu yang seringkali didorong oleh semua amarahku.

Aku,
Karena hanya padamu aku bisa mengendalikan diriku,
untuk tidak melakukan apa yang tidak baik untukku dan tidak baik untukmu.

Jumat, 12 Februari 2016

Theme song, bikin baperr

Tadi siang aku pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang berada di kota.
Sebelumnya aku berniat untuk mengendarai roda dua kesayanganku,
namun sepertinya cuaca siang tadi memang tidak sedang bersahabat,
akhirnya aku putuskan untuk  menggunakan angkutan umum.

Dalam ramainya perjalanan, bisingnya bus-bus, kendaraan bermotor dan yang lainnya,
aku selalu menikmatinya,
ya, menikmati hidup yang harus selalu aku syukuri,
karena hingga detik ini Tuhan tak pernah membiarkanku sendiri.

-----
(Dalam Angkutan ke 1)
Siang tadi,
angkutan yang sedang aku tumpangi disinggahi oleh seorang pengamen,
pengamen itu menyanyikan sebuah lagu,
iya, sebuah lagu, lagu itu adalah sandiwara cinta-nya Repvblik.

Sejenak aku pun menikmati lagu yang sedang di bawakan oleh pengamen itu.
Dengan petikan gitar yang syahdu,dan suara pengamen yang cukup merdu di telingaku,
Akupun terbuai dalam lantunan syair dan irama dengan nada sederhana itu.

------
(Dalam Angkutan ke 2)
Di perjalanan kali ini,
angkutan yang aku tumpangi melewati beberapa lampu merah.
Hingga satu waktu,
pengamen yang sedang berada di lampu merah menghampiri angkutan yang sedang aku tumpangi.

Dan,
ya, pengamen tersebut menyanyikan sebuah lagu hampa-nya Ari Lasso.

Aku tercengang dan merasa heran,
(tumben ada pengamen nyanyi lagu arilasso :'D)

Kembali aku menikmati lagu yang sedang dimainkan.
Sejenak akupun merenung,
hatiku dengan cepat nya merasakan tak karuan,
jantungku berdegub semakin kencang mendengar lirik dan petikan gitar yang telah menghanyutkan.
Karena ketika hati sedang 'begini',
lagu syahdu dan mellow apapun seperti sengaja terus menghampiri dan seolah selalu cocok dengan suasana hati dan themesong kisah kita sekarang,
eh maaf, sepertinya ini kisahku, bukan kisah kita lagi.

Kamis, 11 Februari 2016

Kamu

Hari-hari kian terasa berbeda,
tanpa rasa
tanpa senyuman
dan tanpa kamu yang sempat melengkapi nya.
Kamu tau?
Rasanya hampa disini,
tanpa canda 
tanpa tawa dan terlebih
tanpa "kita" lagi diantaranya.
kembali mengingat 5 tahun yang lalu atau mungkin bbrapa bulan yang lalu,
sempat terukir janji-janji manis dan rencana-rencana indah yang kamu ucap.
Bahkan aku,
tanpa sadar bahwa sebetulnya kata bukanlah simbol keabadian semesta..
Bahwa rasa,
bukan pula simbol nya,
Apalagi Kita?
Mungkin kini seperti tak tercantum jua di dalamnya.

Kamu,
yang sempat dan selalu nama nya terucap dalam doa-doaku kepadaNya.
Bahkan mungkin selalu,
akan, dan selamanya.
Atau kamu,
yang sempat tampak atau mungkin hanya menemani bahkan hanya sekedar mimpi masa depan.

Kamu tau?
Ternyata hari berganti secepat janji-janji itu. Berganti secepat canda tawa yang lalu.
Bulan tak mau kalah katanya,
berganti pula ia secepat kenangan di hari itu.
Tahun pun tak mau kalah sahut nya, lalu berganti tahun secepat
rasa yang pernah ada di hatimu.

Hari itu,
Ku ketuk sebuah pintu lewat telpon genggam.
Satu, dua, bahkan ketiga kali nya
tak ku dengar lagi suaramu di balik pintu yang selalu kian menyambutnya lewat pesan singkatmu.
Ku ketuk kembali, satu, dua, dan ketiga kali nya.
Lalu, sepasang mata seolah menatap ku, menatap, dalam, dalam, terasa Makin dalam.
Tetapi...
Mata itu,
Bukan lagi sepasang bola mata yang selalu menyambutku,
Berubah!
Berubah!
Berubah!
Senyum itu,
Tak lagi memancarkan hangat sambutan untukku masuk kedalam nya.
Wajah itu,
Bukan lagi wajah yang menungguku setiap detik nya.

Hilang!
Hilang!
Semua hilang di jerat oleh waktu.
Waktu,
menghadirkan ia, sosok baru di hatimu,
membawa canda tawa baru yang menemani mu.
Bahkan,
Waktu telah tega,
Membawa senyuman hangat lain
yang kini menjaga mu.

Aku terdiam,
Tanpa rasa,
Kamu seperti menutup celah itu.
Rasanya rapat sekali,
sehingga tak dapat lagi,
aku melihat bahkan masuk ke dalam nya.

Kamu,
yang pernah berada dan sudah sejak lama di dekat ku, menemani,
bahkan yang telah ku tetapkan hati ini, sepenuhnya, seutuhnya, milik mu.

Kamu,
hatiku,
Sebagian diriku,
Separuh jiwaku, dan rumah ku,
masih adakah aku di ruang hatimu?

Senin, 08 Februari 2016

Sabar..

Sabar ci sabar...

bukankah katamu sebagaimanapun ia memperlakukanmu kamu tetap menyayanginya?
bukankah katamu semenyakitkan apapun perlakuannya terhadapmu tapi rasa sayangmu padanya takkan pernah berkurang sedikitpun?

(iyaaaa... tapi bukankah itu sabar jika masih terasa menyakitkan?)

yang harus kamu lakukan sekarang adalah TERIMA.
ya, terima dengan ikhlas mau bagaimanapun dan akan seperti apa ia memperlakukanmu,
karena kamu sendiri yang telah memilihnya untuk tetap tinggal dalam hatimu,
semenyebalkan apapun perlakuannya terhadapmu.

Sesederhana Hujan

Sudah satu jam lebih aku berdiri di tempat itu,
namun sepertinya hujan yang begitu deras
belum menampakkan keinginannya
untuk sejenak mereda.
Ya, sesederhana hujan, begitulah rasa yang selalu tumbuh dalam jiwa.
ia tak pernah tau kapan rasa itu akan datang dan kapan rasa itu kan menghilang.
Bahkan jika ada yang menyuruhku untuk sejenak menghilangkannya,
rasanya aku tak tau bagaimana caranya aku harus memulai.
Seperti sejak pertama kali kita berjalan dan ditemani oleh rintik hujan gerimis,
di 24 Oktober 2010, ah aku tak tau bagaimana rasaku saat itu,
karena yang ku ingat adalah hujan,
dan yang ku ingat saat itu kamu mengenakan jaket hitam
dan aku mengenakan cardigan coklat kesayanganku.
Hujan tengah menemani langkah pertama kita.
Kamu mengusap kepalaku lalu tersenyum.
Kita berdua harus segera melanjutkan perjalanan.
Ya, aku bahagia, sesederhana hujan turun
yang selalu menemani perjalanan kita sampai saat ini.
-------
Aku belum bisa pulang..
Sederas apapun hujan turun, selama apapun hujan turun,
jika bersamamu aku tak pernah merasa bosan,
aku tak pernah merasa tak nyaman saat bepergian.
Aku bahagia menikmati rintikan-rintikannya dalam perjalanan.
Sesederhana hujan turun, sesederhana itulah aku menyayangimu.
Sederas hujan kemarin, hari ini, dan esok hari,
sederas itu pulalah aku selalu bersyukur
karena telah diberi kesempatan bersisian denganmu.
-------
Aku belum bisa pulang..
Entah mengapa setiap kali hujan turun aku selalu mengingatmu,
mengingat perjalanan kita lebih tepatnya.
Aku selalu ingat jalan-jalan mana saja yang pernah kita lalui dan selalu kita lalui,
Aku selalu ingat tempat-tempat mana saja yang kita singgahi saat hujan datang,
Aku selalu ingat cerita-cerita apa saja yang kita bicarakan
sambil menunggu hujan mereda,
Aku selalu ingat canda-tawa kita yang menghangatkan
di tengah seramnya suara petir dan derasnya hujan.
Semuanya masih sangat terekam jelas dalam ingatan.

Tak ayal karena hujan kita juga sering basah kuyup
karena memaksakan untuk segera pulang
karena takut terkena jam malam bapak kosan
atau terkena jam malam mamahku di rumah.
Seringkali pakaian kita pun basah
hingga setibanya kamu langsung masuk angin dan mendadak meriang.
Aku rindu menyiapkanmu secangkir teh manis hangat
dan memberimu obat masuk angin lalu menyuruhmu segera mengganti pakaian.
Aku rindu melewati hujan dan saat setelah hujan bersamamu.
-------
Aku belum bisa pulang..
Bagaimana aku bisa pergi?
jika saat hujan saja
jejak-jejak langkah kita masih sangat terlihat jelas dalam retina mata.
Karena dalam 1825 hari, adalah bukan waktu yang sebentar.
-----
Dalam dinginnya malam karena hujan, Selalu aku melantunkan doa.
Di setiap ketetapan Nya untuk kita, Ketika Dia tetapkan kesalahanmu padaku,
ku berharap Dia juga tetapkan maafku padamu.
Ketika Dia telah tetapkan tangis untukku, ku berharap bahumu ditetapkanNya untukku.
Ketika Dia takdirkan jatuh pada hidupmu, ku berharap Dia tetapkan uluran tanganku
juga dekap hangatku ada untukmu (semoga masih bisa).

Dimanapun kamu berada,
semoga derasnya hujan yang sering kali turun tidak membuatmu jatuh sakit ya?

Sebab dalam derasnya hujan,
dalam salah, tangis, sakit, dan jatuhmu,
aku tetap menyayangimu.

Tertanda,
Aku.

Berperang dengan diri

Sebetulnya apa sih yang diharapkan dalam sebuah hubungan?
hubungan yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya.
akan bermuara keamanakah hubungan yang sudah dijalani selama ini?
berakhir sampai di pelaminan lalu hidup bersama bahagia atau kan berakhir sia-sia begitu saja?

Siapa sih yang tidak ingin kalau hubungan yang sudah di bangun sejak lama akan terus berlanjut hingga hari bahagia tiba,
Siapa sih yang tidak ingin kalau hubungan yang sudah di bangun sejak lama berakhir bahagia di pelaminan?
aku rasa semua wanita menginginkannya.

Apa sih sebetulnya yang diharapkan dalam sebuah hubungan?
entahlah.

Jika hanya menganggap bahwa cinta hanya berisikan canda tawa, romantisme, dan kegembiraan,
lalu lupa bahwa cinta juga tentang luka yang menyayat hati, benci yang menusuk nurani, dada yang sesak menahan cemburu, dan fikir yang yang terbeku oleh rindu.

Kenapa begitu mudah menjilat ludahnya sendiri?
amnesia terhadap janji, mendebu sebuah komitmen.

Apa susahnya memaafkan, padahal ia begitu meneduhkan.
tentang dia yang melakukan kesalahan lagi dan lagi.
dia itu manusia, bukan malaikat.

Apa sulitnya bersabar terhadap tingkahnya,
apakah dia bersikap seperti itu setiap waktu?

apakah hujan itu turun 24 jam setiap hari?
apakah matahari hadir sepanjang hari?
apakah angin selamanya membadai?

kenapa engkau tidak katakan padanya,
"ada yang ku ingin kamu tau, dariku, harapku"

Kenapa tidak engkau ciptakan keterbukaan yang lebih padanya.
ketika kau merasa ada yang salah atau ada yang perlu dibenahi.
kenapa engkau tidak berbicara jujur padanya,
dia itu manusia, bukan Tuhan yang selalu tau apa isi hati seorang hambanya.
dia itu manusia biasa, bukan manusia luar biasa yang bisa menerka-nerka
dan bisa menebak maksud dan juga keinginanmu.

Sabtu, 06 Februari 2016

Berada dikeabu-abuan

Kenangan yang telah terukir indah, lenyap semua.
 Segala impian yang belum terwujud kandas di tengah jalan, menjadi tabu, menjadi semu, dan mungkin akan menjadi tak berarti.
Segalanya yang tidak pernah disangka dan diduga, terbuka dengan sebuah kisah dan jawaban. Ketika harus menelan kisah nyata yang begitu menyiksa diri dan batin. 
Berharap itu hanyalah sebuah mimpi. 
Janjipun semua hanya tinggal janji yang takkan terpegang lagi. Merenung serta meratapinya dari detik demi detik hingga hari demi hari. 

Entah apa yg terjadi ketika itu, dan entah apa yg telah diperbuatnya dulu. 
Percayaku telah hilang karenamu.
Seperti seribu pukulan keras yang mememarkan sekujur tubuh, membuat luka yang begitu dalam dan sulit terobati. 
Hancurkan dan luluh lantahkan semua percayaku padamu.
Tak ada cara lain untuk menyembuhkannya kecuali dengan mesin pemutar waktu yang tidak mungkin bisa didapatkannya.
Hanya kesemuan dan ketabuan yang kini dapat menemaninya.
Entah apa rencana Tuhan di balik semua ini dan sampai kapan terus seperti ini. 
Berada di ke-abuabuan yang semakin tak jelas.