Suatu hari aku hendak pergi. 
Pergi melangkahkan kaki yang dalam diri masih menopang banyak memori yang terekam jelas dalam lensa dan bayangan langkah kaki. 
Seiring waktu berlalu, 
disudut ruang ku menemukan bayangnya lagi hadir dalam lamunan. 
Ku bergegas mencari arah angin
agar aku tau untuk apa bayangnya kembali hadir nyata dihadapanku.
(Hey, kamu,
Apa kabarnya dirimu dan hidupmu?)
ingin sekali aku menyapamu kemudian merengkuh tanganmu.
Tapi batinku..aku..masih terlalu takut untuk mendekatimu. 
Padahal gejolak rindu tengah menggebu-gebukan relung hatiku. 
(aku kembali,  ucapmu. 
apakah kau masih bersedia menerimaku? Melanjutkan perjalanan kita yang ku sadari dan tanpa aku sadari sempat ku tinggal pergi. Pergi untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatanku.  maafkan aku. ucap lirihmu. )
.....
Demi sang mentari dan bulan yg selalu menyinari bumi, 
Tuhan memang tak pernah tidur, 
Tuhan selalu melihat usaha hambanya yang tidak pernah putus asa dalam rahmatNya.
Tuhan pasti akan membukakan pintu-pintu kebaikan dan jalan bagi siapapun yang sedang tersesat dan tak tau arah.
Tuhan Maha Penyayang. 
Sejak kepergianmu kemarin,  
aku selalu merasa Tuhan selalu bersamaku. 
Setelah kini kamu kembali lagi, 
aku semakin percaya bahwa Tuhan memang selalu bersamaku. 
Fikirku,
aku sedang tertidur, kemudian bermimpi dan terduduk dalam lamunan. 
namun nyatanya, aku memang nyata melihat dirimu kembali dihadapanku. 
Terimakasih Tuhan, untuk segalanya.
Terimakasih Perjalanan, sudah mendewasakan. 
Bogor, 13 Maret 2016
