Jumat, 07 Oktober 2016

Terimakasih Tuhan, Terimakasih Perjalanan.

Suatu hari aku hendak pergi.
Pergi melangkahkan kaki yang dalam diri masih menopang banyak memori yang terekam jelas dalam lensa dan bayangan langkah kaki.

Seiring waktu berlalu,
disudut ruang ku menemukan bayangnya lagi hadir dalam lamunan.
Ku bergegas mencari arah angin
agar aku tau untuk apa bayangnya kembali hadir nyata dihadapanku.

(Hey, kamu,
Apa kabarnya dirimu dan hidupmu?)
ingin sekali aku menyapamu kemudian merengkuh tanganmu.
Tapi batinku..aku..masih terlalu takut untuk mendekatimu.
Padahal gejolak rindu tengah menggebu-gebukan relung hatiku.
(aku kembali,  ucapmu.
apakah kau masih bersedia menerimaku? Melanjutkan perjalanan kita yang ku sadari dan tanpa aku sadari sempat ku tinggal pergi. Pergi untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatanku.  maafkan aku. ucap lirihmu. )

.....

Demi sang mentari dan bulan yg selalu menyinari bumi,
Tuhan memang tak pernah tidur,
Tuhan selalu melihat usaha hambanya yang tidak pernah putus asa dalam rahmatNya.
Tuhan pasti akan membukakan pintu-pintu kebaikan dan jalan bagi siapapun yang sedang tersesat dan tak tau arah.

Tuhan Maha Penyayang.
Sejak kepergianmu kemarin, 
aku selalu merasa Tuhan selalu bersamaku.
Setelah kini kamu kembali lagi,
aku semakin percaya bahwa Tuhan memang selalu bersamaku.
Fikirku,
aku sedang tertidur, kemudian bermimpi dan terduduk dalam lamunan.
namun nyatanya, aku memang nyata melihat dirimu kembali dihadapanku.

Terimakasih Tuhan, untuk segalanya.
Terimakasih Perjalanan, sudah mendewasakan.

Bogor,  13 Maret 2016

Senin, 29 Februari 2016

Maafkan Ibu, nak.

Maafkan Ibu, nak,
jika selama 6 bulan ini Ibu tidak lagi menjadi sosok guru yang sering kali kalian teriaki karena antusias nya kalian belajar bersama ibu.
Maafkan ibu seringkali tak fokus dalam pembelajaran di kelas.
Maafkan Ibu seringkali malas-malasan dan tak sepenuh hati konsen mengajari kalian.

Terlebih selama dua bulan ini,
maafkan ibu, nak.
Maafkan Ibu yang sering membolos karena kondisi hati ibu yang sangat kacau.
Maafkan Ibu yang tidak bisa mengenyampingkan perasaan ini, nak.
Ibu sering kali berbohong di setiap ibu tidak ke sekolah atau ibu tidak masuk kelas,
Ibu seringkali berkata bahwa ibu sedang banyak urusan, atau sakit demam dan kecapean.
Padahal sebenarnya tidak demikian, nak.
Maafkan Ibu.

Urusan dan sakit nya ibu lebih dari itu, nak.
Maafkan Ibu selalu membohongi kalian saat ibu berhalangan untuk datang ke sekolah.
Ibu tidak mungkin menceritakan keadaannya ibu kemarin,
belum cukup sekali usia kalian untuk mengerti akan kondisi yang sedang ibu alami,
Tidak baik jika ibu berkata jujur pada kalian yang masih sangat lugu dan polos, kalian belum cukup mengerti akan rumit nya cinta orang dewasa.

Terimakasih nak,
berkat kalian juga lah semangat ibu untuk beraktivitas muncul kembali.
Ibu rindu belajar bersama kalian dengan hati yang lepas, ringan dan tanpa beban.
Ibu rindu mengajari kalian dengan segenap kemampuan dan semangat yang ibu punya.
Ibu rindu akan diri ibu sendiri, nak.

Dan hari ini,
Mulai besok,
1 Maret 2016,
Ibu akan buktikan bahwa ibu bisa menjalani hari-hari seperti biasa lagi.
Tanpa tangis deras yang selalu mengguyur, tanpa goresan hati yang masih terluka memar, dan tanpa pikiran yang tak karuan lagi.
Karena sudah cukup hari-hari yang amat sangat memilukan kemarin untuk ibu, nak.

Ibu janji, nak.
Hari-hari ibu kan jadi milik kalian lagi :)

Kamis, 25 Februari 2016

Tidak, tidak.

Tidak, tidak
Aku tak pernah membiarkan mu sendiri, tapi kamu yang sudah menutup rapat dirimu dariku.
Tidak tidak,
Aku tak pernah bermaksud untuk tidak memperhatikan mu,
tapi kamu sendiri yang sudah menolakku dan memilih menjauh dariku lalu membiarkan oranglain mengurusi mu.
Tidak tidak,
Aku tak pernah meninggalkan mu,
tak pernah terlintas untuk meninggalkan mu,
Tapi kamu sendiri yang meninggalkan ku,
pun saat kemarin aku masih bersedia berjuang untuk mu, untuk kita, tapi kamu sendiri yang memilih  untuk pergi dan tak mau lagi diperdulikan oleh ku.

Tidak tidak,
Aku sama sekali tidak menginginkan begini,
Tapi kamu sendiri yang memilih dan berjalan seperti ini.

Tidak tidak,
kenapa aku masih saja mencintaimu?
padahal kamu sudah sangat terlalu menyakitiku.

Senin, 22 Februari 2016

Kabar pernikahan sahabat karibmu

Aku tak tau apa yang harus aku tulis disini.
Tetapi yang pasti,
saat aku melihat kabar akan pernikahan sahabat karib mu yang juga merupakan temanku,
Hatiku lirih...perih,
mengingatmu.

Sudah hampir satu minggu ini aku sudah tak pernah lagi menangisimu,
menangisi kehancuranku.
Tapi saat ini,
airmataku lagi-lagi terurai deras tak tertahankan lagi,
tiba-tiba seperti sekerumunan orang dengan keroyokan langsung datang menghampiriku dalam ingatanku.  
ya, mereka kita,
ingatan tentang kita,
tentang perjalanan kita.

Sobat karibmu adalah saksi perjalanan di langkah awal kita.
Aku tak kuasa mengingatnya,
tp aku tak kuasa juga untuk membatasi ingatannya.
Semuanya seketika datang bermunculan,
tanpa bisa aku beri jeda,
tanpa bisa aku stop.
Semua masih tersimpan rapih,
sangat rapih,
serapih angan dan cita kita dulu.

Aku rindu,
sungguh merindukanmu,
merindukan kisah kita yang sudah kita rajut sejak dulu,
merindukan kisah kita yang sangat rapih bersama alunan-alunan melodi pengantar rindu yang begitu syahdu namun bertuju.
Rindu yang selalu bisa kita tumpahkan kapanpun kita mau,
dan cinta yang selalu hadir kala kita dekat bahkan jauh.

Tidak seperti saat ini,
Kita,
Aku,
seperti sudah tak tau arah lagi.

duhai hati bersabarlah lebih ekstra lagi..
:"&$(@?+!@$(!/:'

Jumat, 19 Februari 2016

Membungkus Rindu

Kamu apa kabar?
Sudah hampir satu bulan kita..
eh maaf aku dan kamu tidak bertegur sapa.
ah tidak, aku selalu menyapamu tapi kamu yang tidak pernah merespon sapaanku.

Apa kamu tau?
Bagaimana sesaknya menahan rindu?
Rasanya seperti terjepit bebatuan besar namun tak ada satupun yang bisa mengeluarkan ku dari himpitan nya itu.
sempit, semuanya terasa sempit.
Kenyataan dengan kerinduan seakan saling berkejar-kejaran.
Meminta ruang untuk sedikit ditumpahkan atau mungkin dibuang tanpa perdulian.

Apa kamu tau?
Rasa ini masih utuh padamu.

Tak peduli orang kan berkata apa tentang ku,
Tak peduli seberapa pilunya jiwaku mengingat semua tentang mu.
Tak peduli semenyakitkan apapun dirimu terhadap ku.
Tak peduli setakpedulinya kamu kepadaku kini.
Tak peduli meski terkadang akupun merasa seperti orang bodoh yang masih saja mengharapkan mu kembali.
Kembali menyembuhkan luka yang menyayat hati dan menusuk nurani.
Kembali pada dirimu yang ku kenal sejak dulu.
Kembali pada ejaan mimpi-mimpi dan rencana indahmu yang kau seringkali sampaikan padaku.

Kamu,
Apakah kamu tidak pernah sedikitpun merindukanku?

Aku,
yang katamu satu-satunya wanita yang akan selalu kamu perjuangkan.
Mengapa kini kamu memperjuangkan yang lain?
Setakberharganya kah aku dalam hidupmu selama ini?

Rindu,
Mohon sampaikan padanya,
bahwa aku masih menyayanginya.

Senin, 15 Februari 2016

Tidak, bukan begitu.

Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud untuk bersenang senang di atas penderitaanmu.
Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud untuk mengumbar kebahagiaan yang aku rasakan saat aku sudah tidak bersamamu.
Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud untuk tertawa diatas kesedihanmu.
Tidak tidak,
Aku tidak bermaksud bermanis-manis ria diatas segala kepahitan yang menimpamu.
Tidak tidak,
Tidak begitu maksudku.

Aku hanya ingin sedikit memberi ruang pada hatiku untuk sejenak berbahagia.
Aku terlampau lelah berjalan dan menyimpan ini sendirian,
tanpa kamu yang sudah tak lagi memerdulikanku.
Aku hanya ingin sedikit melepaskan segala rasa yang menyesakkan jiwa,
memberi kesempatan lagi pada diriku untuk merasakan kembali indahnya dunia.

Kau tidak berkeberatan kan?
Aku masih berhak bahagia kan jika sudah tidak bersamamu?
meski sebenarnya bahagiaku yang utuh adalah saat aku bisa melewati hari-hariku bersamamu.
semuanya bersamamu.
hidupku bersamamu.

Karena bahagiaku adalah bersamamu.